
Kalangan militer, birokrasi, politik, dan dunia olahraga serta negeri ini kehilangan sosok Mayor Jenderal Purnawirawan yang dikenal disiplin dan penuh pengabdian ini.
Sebagai Gubernur Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem, I Gusti Kompyang Manila menutup pengabdiannya di panggung nasional dengan dedikasi yang tak pernah surut. Hingga menjelang akhir hayatnya, tokoh bersuara tegas dan berkomitmen tinggi ini masih dipercaya mengasuh kader-kader muda bangsa agar memiliki disiplin, nasionalisme, dan karakter kepemimpinan yang kuat. Nama I.G.K. Manila selalu identik dengan kedisiplinan militer yang berpadu dengan keteladanan sipil, menjadikannya tokoh perekat antara dunia pertahanan dan dunia pendidikan.
I.G.K. Manila wafat pada Senin pagi di Rumah Sakit Bunda Jakarta. Pengabdiannya untuk negeri sepanjang hayatnya hingga mengembuskan napas terakhir tutup usia 83 tahun.
Mayjen TNI (Purn.) I.G.K. Manila telah lama menorehkan jejak penting dalam birokrasi sipil. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Penerangan Republik Indonesia pada masa Menteri Alwi Dahlan hingga Yunus Yosfiah (1998–2000). Pada masa transisi reformasi itu, I.G.K. Manila memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas komunikasi publik dan merawat kredibilitas institusi pemerintah di tengah tekanan demokratisasi dan kebebasan pers. Pada masa itu pula, I.G.K. Manila membantu berdirinya stasiun Metro TV sebagai televisi berita pertama di Indonesia yang didirikan Surya Paloh.
Jauh sebelumnya, ia dikenal luas sebagai Ketua Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) pada periode 1995–1998. Di lembaga pencetak birokrat ini, I.G.K. Manila menanamkan kultur kedisiplinan dan integritas yang hingga kini masih dikenang sebagai fondasi karakter alumni STPDN, atau sekarang IPDN. Banyak pejabat publik saat ini yang menilai kepemimpinan I.G.K. Manila di STPDN sebagai salah satu masa terbaik dalam sejarah pendidikan kader pemerintahan.
Lahir di Singaraja, Bali, 8 Juli 1942, I.G.K. Manila merupakan perwira pertama lulusan Akademi Militer Nasional (1964) dari Korps Polisi Militer. Ia termasuk di antara 15 perwira remaja pertama yang langsung ditempa dalam berbagai operasi militer besar, termasuk Operasi Penumpasan G30S/PKI (1965), Operasi Dwikora (1966), dan Kontingen Garuda VII di Timur Tengah. Berbagai penugasan itu membentuk pribadi yang tegas, berani, dan loyal terhadap negara.
Dalam perjalanan karier militernya, I.G.K. Manila pernah dipercaya memegang sejumlah posisi strategis, antara lain Kapomdam IV/Sriwijaya dan Komandan Pusdik Polisi Militer (1985), Wadan Puspom TNI (1988), hingga Staf Ahli Panglima ABRI (1993). Saat dinas di militer, kedisiplinan I.G.K. Manila dipercaya untuk menjaga Presiden pertama RI, Proklamator Soekarno.
Selama pengabdiannya untuk negeri, I.G.K. Manila dianugerahi berbagai penghargaan negara, termasuk Satyalancana Kesetiaan, Satyalancana Seroja, dan Bintang Yudha Dharma, sebagai pengakuan atas dedikasi dan keberanian selama bertugas.
Nama I.G.K. Manila juga tercatat dalam dunia olahraga nasional. Ia dikenal sebagai Bapak Wushu Indonesia dan pernah membawa tim nasional sepak bola Indonesia meraih emas SEA Games 1991. Ia juga menjadi manajer Persija Jakarta serta mengantarkan Bandung Raya menjuarai Liga Indonesia 1996. Pengabdiannya di berbagai cabang olahraga selalu ditandai dengan semangat kebangsaan dan sportivitas.
Kepergiannya pada 18 Agustus 2025, tepat sehari setelah HUT ke-80 RI, pada usia 83 tahun, meninggalkan duka mendalam di kalangan militer, birokrasi, politik, dan olahraga nasional.
#IGKManila
#BungKarno
#Soekarno
-----------------------------------------------------------------------
Follow juga sosmed kami untuk mendapatkan update informasi terkini!
Website:
Facebook:
Instagram:
Twitter:
TikTok:
Metro Xtend: